Habiburokhman menjelaskan bahwa Prabowo telah melakukan dalam berbagai kapasitasnya, baik saat memimpin partai politik maupun setelah menjadi Menteri Pertahanan. Aktivitas di anggapnya sebagai bentuk komunikasi langsung dengan masyarakat di level akar rumput. Meskipun demikian, blusukan Prabowo kali ini di Cilincing di anggap oleh beberapa pihak sebagai sesuatu yang tak terduga.
Dalam konteks ini, Habiburokhman membantah adanya rekayasa dalam
blusukan Prabowo. Dia menegaskan bahwa Prabowo sering kali menjadi sasaran kritik dan nyinyiran dari pihak-pihak tertentu yang mencari kesalahan. Ada pandangan bahwa blusukan tersebut dianggap sebagai “setting-an” atau rekayasa semata. Habiburokhman berpendapat bahwa Prabowo sedang mengalami serangan karena posisinya yang sedang di atas angin.
Habiburokhman mengaitkan kritik terhadap Prabowo dengan tingginya
elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran. Semakin tinggi elektabilitas, semakin banyak hoaks dan fitnah yang di arahkan kepada mereka oleh kompetitor. Dalam pandangan Habiburokhman, masyarakat seharusnya mengapresiasi kegiatan blusukan Prabowo, sementara segala bentuk hoaks dan fitnah di anggap sebagai strategi kompetitor yang justru dapat mendatangkan simpati publik kepada Prabowo.
Blusukan Prabowo di Cilincing menjadi sorotan dan menciptakan berbagai tanggapan. Habiburokhman membela kegiatan tersebut sebagai bagian dari interaksi langsung Prabowo dengan masyarakat. Sementara Prabowo mendapat kritik, pendukungnya percaya bahwa serangan tersebut adalah konsekuensi dari popularitas yang meningkat. Dalam menghadapi tantangan ini, Prabowo dan tim kampanyenya perlu menjaga
elektabilitas dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk merespons isu-isu yang muncul dengan sikap yang tegas dan transparan.